abrar aziz

"Jadilah orang yang benar-benar hidup, bukan sekedar bernafas ..."

Minggu, 25 April 2010

Sambutan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Untuk Muktamar XIV Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Manusia adalah makhluk pencipta sejarah. Setiap zaman melahirkan pelaku-pelaku sejarah yang selalu di bincang sepanjang masa. Tentu saja hanya mereka yang mampu berperan signifikanlah yang mendapat tempat khusus dalam lembar sejarah. Apa yang membuat Soekarno selalu dibicarakan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia? Apa yang dilakukan Simon Bolivar hingga tidak ada seorang sejarawanpun yang melupakannya saat membicarakan kemerdekaan Negara-negara Amerika Latin? Yang mereka lakukan adalam mengambil peran yang sangat signifikan hingga mustahil mereka terlewatkan saat kita membicarakan kemerdekaan Negara mereka masing-masing.
Sejarah juga sepertinya sudah terlanjur mempercayakan kepada mahasiswa untuk melakukan perubahan. Sebut saja ketika revolusi mengusir Uni Soviet dari Hungaria tahun 1956 dimotori oleh Dewan Mahasiswa Revolusioner melalui Manifesto 14. Union National des Etidiants de France (UNEF) - wadah perjuangan mahasiswa Perancis – memelopori pemogokan umum menyeluruh selama dua bulan pada Mei - Juli 1968. Aksi ini memicu “Krisis Mei” yang tercatat dalam sejarah sebagai krisis paling hebat di Prancis sepanjang abad 20.
Di Sudan, University Student’s Union, gerakan mahasiswa disana, dengan kuat menekan rezim Jenderal About tahun 1964 dengan melakukan pemogokkan umum dan berhasil memaksa sang Jenderal memberhentikan menteri-menterinya yang korup.
Di Indonesia, gerakan para mahasiswa Indonesia di Belanda yang awalnya bernama Indische Vereeninging, dan kemudian dikenal dengan Perhimpunan Indonesia, melakukan propaganda kemerdekaan Indonesia. Sepanjang sejarah kemerdekaan dan masa pembangunan bangsa pasca-proklamasi, gerakan mahasiswa tidak pernah absen untuk menorehkan namanya dalam lembar-lembar sejarah bangsa.
Dalam hal ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang lahir dari rahim sejarah pergolakan bangsa Indonesia pada 1964 juga terus bergerak mengawal kemerdekaan. Melalui pencerahan intelektual dan praksis gerakan – sebagaimana semangat gerakan Ahmad Dahlan – IMM berperan besar dalam proyek pencerahan tersebut. Sebagaimaa dalam deklarasi awal berdirinya; Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amala adalah ilmiah (poin ketiga "Enam Penegasan IMM").
Deklrasai ini menunjukan bahwa corak gerakan IMM adalah intelektual progressive atau intelektual organic dalam istilah Gramci, Karl Mannheim, atau Ernest Gellner. Menurut mereka, kaum intelektual memiliki tanggung jawab yang besar dalam memperjuangkan kebenaran guna mewujudkan keadilan dan kebebasan. Model intelektual seperti ini yang juga diteladankan oleh KH. Ahmad Dahlan. Beliau adalah cendekiawan ulung sekaligus aktivis yang selalu bergerak melakukan pencerahan umat. Sebuah teladan yang harus selalu diikuti oleh semua ortom, termasuk IMM.
Muktamar XIV Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tahun ini merupakan momentum untuk kembali mengambil peran sejarah untuk kebaikan negeri ini. Hiruk pikuk dan sirkus politik yang terjadi dewasa ini harus segera diakhiri. Masa transisi demokrasi – sejak reformasi – sudah berjalan terlalu lama hingga diperlukan sebuah gerakan yang mengakhiri masa “transisi” ini dan menggantikannya dengan masa demokrasi seutuhnya. Dan bagaimanapun, gerakan mahasiswa – yang oleh sejarah terlanjur dipercaya untuk melakukan perubahan – harus berada digarda untuk menjalankan misi tersebut.
Dalam konteks inilah, Muktamar kali menjadi sangat penting maknanya. Yaitu untuk mempertajam misi amar maruf nahi munkar, baik dalam ikatan, persyarikatan, dan lebih-lebih dalam problematika kebangsaan. Tema yang diusung; Menorehkan Tinta Emas Menuju Indonesia Sejahtera, merupakan niat luhur yang harus diwujudan dalam ikhtiar mengambil peran membangun bangsa.
Sejarah harus mencatat IMM dengan tinta emas karena perjuangan panjang yang telah dilakukan. Dan IMM harus terus mengukir perjuangan itu jika tidak ingin terkubur dalam rimba sejarah yang gulita. Karena waktu terus bergulir dan hanya mereka yang mampu mengambil peran signifikanlah yang akan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah. Muktamar kali ini, sekali lagi, adalah momentum untuk kembali menorehkan tinta emas tersebut.
Selamat ber-Muktamar…!!!
Jayalah IMM jaya,,, abadi perjuangan kami,,,!!!

Jakarta, 7 April 2010
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah