abrar aziz

"Jadilah orang yang benar-benar hidup, bukan sekedar bernafas ..."

Rabu, 24 Maret 2010

Agama, Kekerasan, dan Kelompok Sesat

Diposting oleh abrar aziz

Abrar Aziz

Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Sejarah panjang umat manusia telah dihiasi dengan berbagai bentuk kekerasan. Mulai dari kekerasan dalam skala ringan sampai kepada bentuk kekerasan yang lebih sadis seperti perbudakan dan pembantaian. Pilihan menggunakan kekerasan kerap kali diambil oleh manusia primitive yang hidup berkelompok untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Alasannya tentu bisa kita tebak, karena masyarakat primitive belum mampu mengguanakan rasionalitas dalam menyelesaikan masalah. Maka kekerasan adalah pilihan paling mudah dilakukan.

Namun menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah ternyata juga masih menghinggapi sebagian masyarakat modern yang harusnya memiliki kecerdasan melebihi keum primitive. Bahkan yang terjadi hari ini jauh lebih mengerikan. Mereka bisa melakukan kekerasan atas nama apa saja. Bahkan atas nama Tuhan sekalipun. Benarkah Allah menyuruh manusia menggunakan kekerasan untuk membela-Nya?

Yang pasti, sebagaimana disebutkan al Quran, bahwa kehadiran Islam ke muka bumi hanya memiliki satu misi, yaitu menyampaikan kasih sayang bagi seluruh alam. Kita tidak perlu mendalami ilmu tafsir sampai ke tingkat yang paling tinggi untuk memahami ayat tersebut. Maksudnya sangat jelas bahwa kehadiran Islam di muka bumi haruslah membarikan rasa aman dan damai bagi seluruh makhluk alam ini.

Lalu kenapa ada sekelompok umat Islam yang merasa berhak mewakili Tuhan untuk mengadili siapapun yang dianggap sesat? Kenapa mereka merasa memiliki otaritas untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah? Bukankah hanya Allah saja yang berhak menentukan kebenaran dan kesesatan? Pertanyaan diatas tentu sangat mengusik benak kita mengingat kelompok yang merasa menjadi tentara Tuhan sangat yakin sehingga senantiasa menggunakan simbol-simbol Islam dalam setiap jihadnya.

Untuk menjawab pertanyaan itu, marilah kita mulai dengan memberikan pemahaman yang benar tentang agama. Untuk siapa agama diciptakan? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan sikap keberislaman kita. Dalam ayat terakhir yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad saw. jelas disebutkan bahwa Islam diturunkan untuk kepentingan manusia (al yauma akmaltu lakum diinakum). Ajaran ini diperjelas oleh Rasulullah ketika melaksanakan haji wada` melalui pidatonya yang mengatakan bahwa turunnya wahyu secara umum memiliki tiga tujuan, pertama, untuk menyatakan kebenaran. Kedua, untuk melawan penindasan, dan ketiga, membangun ummat yang didasarkan kesetaraan, keadilan dan kasih sayang. Pada banyak tempat dalam al Quran juga disebutkan tentang dimensi kemanusiaan Islam. Seperti adanya prinsip humanisasi (kemanusiaan), liberasi (pembebasan), dan transendensi (Q.S Ali Imran 110). Bahkan orang yang tidak peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan disebut sebagai pendusta agama (Q.S Al Ma`un 1-3).

Pemahaman keislaman seperti ini menjadi sangat penting ketika kita melihat kenyataan banyak umat Islam yang menganggap bahwa Islam adalah agama Tuhan. Hal ini membuat sebagian kita merasa berhak mengatasnamakan Tuhan dan menghakimi pihak lain yang berbeda pandangan. Konflik atas nama agama yang terjadi belakangan ini membuat kita sangat prihatin. Bagaimana mungkin orang yang mengaku beragama sampai hati melakukan kekerasan terhadap saudara seiman hanya karena beda pemahaman? Padalah Islam lahir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Namun, yang terjadi adalah saling curiga dan benci antar sesama kelompok Islam.

Landasan normative persaudaraan kasih sayang antar umat manusia terdapat dalam al Quran yang menyatakan bahwa keragaman suku bangsa merupakan sunatullah (ketetapan Allah), namun perbedaan itu tidak dimaksudkan agar manusia saling bermusuhan, melainkan untuk saling mengenal dan menjalin persaudaraan (Q.S Al Hujurat 13). Bahkan secara eksplisit Allah menyebutkan; Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu akan dijadikannya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu…(Q.S Al Maidah 48).

Keragaman yang dibangun Tuhan dalam kosmologi kehidupan manusia ini tidak dimaksudkan untuk mensubordinatkan satu sama lain. Perbedaan tidak menunjukkan kemuliaan satu sama lainnya. Yang membedakan manusia dalam pandangan Tuhan bukanlah pada fakta perbedaan itu sendiri, melainkan upaya kita untuk memasrahkan diri (bertaqwa) dan memperbaiki kualitas diri. Dan yang meninggikan darjat manusia disisi Tuhan adalah kulaitas iman dan ilmunya (Q.S Al Mujadalah 11).

Kenapa mesti ilmu? Ilmu adalah entitas penting dalam peradaban manusia untuk mencapai kemajuan. Ilmu juga yang membuat manusia mampu menghargai orang lain. Secara kasat mata kita dapat melihat perbedaan cara menyelesaikan masalah antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Iman dan ilmu adalah syarat mutlak yang harus dimiliki agar kita dapat menempatkan agama pada posisi yang sebenarnya. Tidak ada rumusan bahwa orang yang beriman dan berilmu dapat secara membabi buta merusak dan menghancurkan rumah ibadah, meledakkan bom di tengah keramaian, atau menyerang kelompok yang berbeda pandangan dengannya. Inilah yang seharusnya menjadi spirit keberagamaan kita. Yaitu, meningkatkan kualitas keimanan kita dan diwujudkan dengan sikap menghargai pandangan orang lain.

Kekerasan dan Kelompok Sesat

Sangat jelas bahwa menggunakan kekerasan dalam menyampaikan pandangan dan keyakinan sama sekali tidak memiliki landasan teologis yang jelas. Kekerasan atas nama Tuhan yang dilakukan oleh segelintir orang Islam mungkin disebabkan oleh dua hal. Pertama, mereka adalah kelompok yang frustasi terhadap kondisi sosial masyarakat yang masin sembraut. Umat Islam yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini ternyata tidak mampu memberikan jalan keluar, bahkan sebagian malah menjadi biang masalah. Disamping banyaknya muncul kelompok-kelompok keyakinan yang berbeda dengan keyakinan yang sudah mapan. Dan kelompok keyakinan ini ternyata tumbuh begitu pesat sehingga menimbulkan kepanikan. Dan di tengah suasana panik dan frustasi, pada saat itulah akal menjadi tumpul, dan kekerasan adalah satu-satunua jalan keluar yang tampak.

Kedua, pemahaman yang kurang tepat terhadap ajaran Islam membuat mereka memahami agama hanyalah untuk Tuhan semata. Bagi mereka cita-cita tertinggi adalah ketika gugur dalam membela tuhan-Nya. Padahal Allah tidak butuh pembelaan dari siapapun. Karena tidak satupun makhluk yang akan mampu menandingi-Nya. Allah justru menyuruh agar manusia menyampaikan kasih sayang dan perdamaian serta melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Para “tentara Tuhan” ini sepertinya lupa bahwa jalan kekerasan adalah jalan kaum primitive yang tidak mampu mengoptimalkan rasionalitas. Bahkan biasanya kekerasan yang membabi buta dilakukan untuk tujuan-tujuan yang tidak baik, misalnya untuk melakukan perampokan dan penjarahan. Namun untuk menyampaikan nilai-nilai luhur agama, jalan kekerasan bukanlah pilihan yang terpuji. Bagaimana mungkin Islam yang mengajarkan kasih sayang dan perdamaian didakwahkan dengan cara kekerasan?

Jadi jelas bahwa kelompok yang menggunakan kekerasan atas nama agama telah keliru dalam bertindak. Karena mereka telah melawan kehendak Tuhan. Meskipun mereka tetap merasa telah berbuat kebajikan. Hal ini rasanya sesuai dengan apa yang difirmankan Allah “Katakanlah; Pernahkan kami kabarkan kepadamu tentang orang yang paling merugi amal perbuatannya?. (Yaitu) orang yang sesat jalan hidupnya, tetapi merasa sedang berbuat kebajikan” (QS. Al Kahfi 103-104).

Bukan hanya kelompok yang mengakui adanya rasul setelah Muhammad saja yang dianggap aliran sesat, namun kelompok yang merasa berhak menghukum siapa saja yang dianggap berseberangan dengan “kebenaran” juga dapat disebut sebagai kelompok sesat. Karena mereka telah “merampas” otoritas Allah sebagai pemegang hak kebenaran mutlak. Wallahu a`lam bis shawwab.

0 komentar: