abrar aziz

"Jadilah orang yang benar-benar hidup, bukan sekedar bernafas ..."

Sabtu, 11 Mei 2013

Curhat Setan

Diposting oleh abrar aziz

Bagaimana jadinya jika setan sudah tidak lagi mengajak manusia ke jalan yang sesat? Bisa jadi anda akan merasa senang karena anda terselamatkan dari kesesatan? Tapi tunggu dulu, saya punya cerita tentang itu. Suatu hari di saya mampir ke sebuah musholla di Jakarta. Tidak terlalu besar memang. Tapi pada waktu maghrib biasanya musholla lebih ramai jika dibanding dengan waktu-waktu yang lain. Begitu memasuki pekarangan musholla saya menyaksikan pemandangan yang tidak biasa. Jika pada waktu-waktu menjelang sholat tiba, setan-setan akan sangat sibuk mengganggu manusia sejak dari tempat wudhu hingga tempat mereka sholat. Mereka dengan semangat juang tinggi tak kenal lelah akan menggoda manusia-manusia yang sedang sholat. Tapi senja ini suasananya berbeda sekali. Para setan terlihat begitu santai bahkan cenderung murung. Sebagian tidur-tiduran dalam musholla, sebagian duduk di depan pintu. Bahkan tidak sedikit yang duduk bermenung sambil mencoret-coret tanah persis seperti anak yang merajuk karena dimarahi bapaknya. Sebenarnya bagi saya ini berita baik. Orang-orang yang sedang beribadah di musholla akan lebih tenang ibadahnya karena para setan mungkin sedang dilanda masalah serius atau memang barangkali mereka sedang malas. Bosan mungkin. Berates ratus tahun mereka melakukan rutinitas yang sama tanpa henti. Jadi agak masuk akal kalau mereka hari ini agak bermalas-malas. Refreshing barangkali. Tapi tetap saja ini menjadi fenomena yang tidak biasa. Selepas sholat maghrib saya berbincang-bincang dengan beberapa jamaah sambil terus melirik setan-setan yang wajah mereka lebih menunjukkan rona sedih daripada malas. Selepas isya, setelah jamaah lain meninggalkan musholla, saya sempatkan menemui para setan ini. “Hei, ada apa ini”. Tegur saya sambil menepuk pundak setan yang paling besar di antara yang lain. Mungkin dia komandannya. “Apa hari ini kalian sedang libur?”. Komandan setan ini sepertinya tidak terlalu antusias menerima saya. “Ayolah, cerita padaku. Kenapa kalian tidak bertugas hari ini? Memang ini hari libur atau gimana?”. Saya terus mendesak. “Hmmmm,,, sepertinya kami akan kehilangan pekerjaan”. Kata komandan setan yang tingginya dua kali lipat di atas saya. “Maksudmu?. Kalian di PHK? Aku baru tahu kalau di dunia setan ada PHK!!”. “Bukan. Bukan itu”. Sambil menyandarkan badannya ke pintu musholla sang komandanpun menghisap rokoknya dalam-dalam. “Ini benar-benar di luar kendali kami”. Setelah semburan asap hitam rokoknya, mulut bertaring itu mulai lancar bercerita. “Sudah hampir seribu tahun aku dinas di divisi ini, baru kali ini aku menemukan masalah serumit ini”. “Rumit bagaimana?”. “Kau tau, dulu divisi ini merupakan divisi paling sulit dari semua divisi yang ada di dunia setan. Bagaimana tidak, mengganggu orang yang sedang beribadah di masjid atau musholla adalah tugas yang sangat berat jika dibanding dengan mengajak orang berjudi, mencuri, apalagi berzina. Itu semua pekerjaan mudah. Tapi aku dan teman-teman hampir seribu tahun tetap bertahan di divisi ini karena kami sangat termotivasi dengan tantangan yang berat ini”. Mata merahnya menyala memandang ke dalam musholla. “Ok. Lalu sekarang apa masalahnya?”. Sekali lagi dia menghisap rokok dalam-dalam dan membuang asapnya sekaligus. “Aku tidak habis pikir”. Lanjutnya. “Tanpa aku ganggupun, orang-orang ini sudah tidak lagi sholat sebagaimana mestinya. Raganya sholat di sini, tapi fikirannya sudah kemana-mana. Kau lihat pak haji yang pake sorban besar tadi itu. Sedang sholat masih saja dia sempat memikirkan daftar piutang harus dia tagih. Beberapa pelanggan di toko bangunannya belakangan agak sulit dalam pelunasan hutang. Maklumlah, krisis katanya”. Saya mengangguk saja, mulai mengerti arah pembicaraannya. “Lalu kau lihat lagi ibu hajah yang pakai mukena mewah gemerencing tadi. Baru saja selesai sholat, bibir kotornya sudah bersimbah gunjingan. Ada saja kesalahan orang yang jadi bahan gunjingannya. Adalagi bapak-bapak yang baru pulang dari sini langsung ke meja judi atau ke Bandar togel. Ah, rupanya orang-orang sekarang sudah lebih setan dari setan itu sendiri”. Sekali hisapan panjang terakhir, rokok cerutu panjang itupun langsung habis hingga api menyentuh bibir komandan setan ini. “Kalau begitu baguslah. Kalian tidak perlu lagi bekerja keras. Tanpa kalian ganggupun, mereka sudah tersesat dengan sendirinya”. Saya coba menghibur mereka. “Apanya yang bagus? Kalau kami tidak bekerja, kapan pangkat kami akan naik. Sudah lima ratus tahun tanda melati tiga ini menempel di pundakku. Aku ingin segera mendapat bintang satu, perwira tinggi dalam dinas persetanan. Kalau begini terus, aku bisa pensiun hanya dengan pangkat perwira menengah. Bah,, bisa mampus aku”. “Ooow,, begitu rupanya. Kalau begitu aku beri kalian saran. Jangan dinas di Indonesia. Pergilah ke luar negeri. Ku dengar orang-orang Islam di Eropa justru lebih komitmen memegang ajaran agama mereka. Kalau kau terus-terusan bertugas di Indonesia ini, kau hanya akan bertemu dengan setan-setan berwujud manusia. Mulai dari pejabat sampai ulamanya, hanya wujudnya saja yang terlihat suci seperti manusia. Tapi dalam hati mereka jauh lebih setan dari kalian. Sampai matipun kau tak akan dapat bintang satu. Percayalah padaku”. Dan sayapun berlalu sambil meninggalkan sekelompok setan yang sepertinya sedang berpikir keras itu. Balai Kurai Taji, Kota Pariaman. 10.10.2012. 17.20 WIP

0 komentar: